semalam kami nonton film animasi berjudul hotaru no haka di tv. pagi sebelumnya, sewaktu kubaca judulnya di jadwal program tv di koran, aku agak curious.
what does "haka" mean? tanyaku pada nobuto yang kebetulan sedang berdiri di dekatku.
it means tomb, jawabnya.
"jadi film ini berarti kuburnya hotaru?" kubayangkan hotaru sebagai nama seorang laki2.
noo..., nobuto menyela. "hotaru itu semacam binatang kecil yang bisa terbang dan ada lampu di pantatnya." untuk memperjelas terjemahannya, do'i lantas membawa kedua tangannya ke bokong, telapak menghadap keluar, kemudian dilambai-lambaikan. seolah memberi tanda bahwa lampu di pantat itu berkelap-kelip.
aku berusaha untuk tidak tertawa, mendapat terjemahan verbal dan fisik seperti itu. (whoever says linguistic difference is not fun!) rupanya "kunang2" belum masuk dalam kosakata bahasa indonesianya. i wonder why he didn't just say "firefly"?
ternyata hotaru no haka adalah judul asli dari film grave of the fireflies yang telah lama kucari. tapi jauh dari lucu, film ini begitu depressing membuat nobuto menyesal ikut nonton. memang ceritanya agak sentimental, tapi juga sangat manusiawi -- which i admittedly didn't expect from an anime. roger ebert menulis bahwa film ini memberikan "emotional experience so powerful that it forces a rethinking of animation." kritikus film lain bahkan membandingkannya dengan schindler's list.
film produksi tahun 1988 ini diadaptasi dari novelnya (semi-otobiografi) akiyuki nosaka tentang dua orang anak yang berusaha bertahan hidup sesudah ibu mereka tewas dalam serangan firebomb di kobe, sementara ayah mereka bertugas dalam perang dunia ke 2.
i highly recommend it. only now i can't stop listening to amelita galli-curci singing home, sweet home.