semalam kami nonton film animasi berjudul hotaru no haka di tv. pagi sebelumnya, sewaktu kubaca judulnya di jadwal program tv di koran, aku agak curious.
what does "haka" mean? tanyaku pada nobuto yang kebetulan sedang berdiri di dekatku.
it means tomb, jawabnya.
"jadi film ini berarti kuburnya hotaru?" kubayangkan hotaru sebagai nama seorang laki2.
noo..., nobuto menyela. "hotaru itu semacam binatang kecil yang bisa terbang dan ada lampu di pantatnya." untuk memperjelas terjemahannya, do'i lantas membawa kedua tangannya ke bokong, telapak menghadap keluar, kemudian dilambai-lambaikan. seolah memberi tanda bahwa lampu di pantat itu berkelap-kelip.
aku berusaha untuk tidak tertawa, mendapat terjemahan verbal dan fisik seperti itu. (whoever says linguistic difference is not fun!) rupanya "kunang2" belum masuk dalam kosakata bahasa indonesianya. i wonder why he didn't just say "firefly"?
ternyata hotaru no haka adalah judul asli dari film grave of the fireflies yang telah lama kucari. tapi jauh dari lucu, film ini begitu depressing membuat nobuto menyesal ikut nonton. memang ceritanya agak sentimental, tapi juga sangat manusiawi -- which i admittedly didn't expect from an anime. roger ebert menulis bahwa film ini memberikan "emotional experience so powerful that it forces a rethinking of animation." kritikus film lain bahkan membandingkannya dengan schindler's list.
film produksi tahun 1988 ini diadaptasi dari novelnya (semi-otobiografi) akiyuki nosaka tentang dua orang anak yang berusaha bertahan hidup sesudah ibu mereka tewas dalam serangan firebomb di kobe, sementara ayah mereka bertugas dalam perang dunia ke 2.
i highly recommend it. only now i can't stop listening to amelita galli-curci singing home, sweet home.
Where it began, I can't begin to knowin'
But then I know it's growing strong
Was in the spring
And spring became the summer
Who'd have believed you'd come along
Hands, touchin' hands
Reachin' out, touchin' me, touchin' you
Sweet Caroline
Good times never seemed so good
I've been inclined
To believe they never would
But now I, look at the night
And it don't seem so lonely
We fill it up with only two
And when I hurt
Hurtin' runs off my shoulders
How can I hurt when holding you
One, touchin' one
Reachin' out, touchin' me, touchin' you
Sweet Caroline
Good times never seemed so good
I've been inclined,
To believe they never would
Oh, no, no...
sepanjang hari lagu ini bagai cd player rusak yg terus berulang di kepalaku. ini gara2 nonton game kedua new york yankees vs boston red sox sebelum ke gereja. game pertama kemarin red sox kalah secara memalukan, 7-8, sesudah memimpin 7-2 sepanjang pertandingan. pagi tadi (waktu jepang) mereka membalas tanpa ampun hingga score terakhir 10-1.
i was elated, of course. kapan saja yankees dihajar lawan, apalagi oleh musuh bebuyutannya, the red sox, aku pasti senang. apalagi karena timku sendiri, seattle mariners, hampir tak ada harapan lagi utk ke playoffs. free fall pada bulan september!
di pertengahan inning ke 8, seperti biasa loud speakers di fenway park mulai memainkan lagu kebangsaan red sox nation -- lagunya neil diamond, sweet caroline. dan benar2 menakjubkan menyaksikan fans di stadium -- rombongan pria setengah tua bertampang sangar, dengan bir teracung di tangan -- dengan penuh semangat menyanyikan sweet caroline, top of their lungs! "oh oh oh..." "so good, so good, so good!!"
so i just had to do this, menuangkan lirik lagunya ke blog, supaya neil diamond berhenti menyanyi di kepalaku. a mental exorcism, you may call it. apalagi sesudah kutahu bahwa ternyata sweet caroline dirilis sebagai single tepat pada hari ini, 38 tahun yg lalu. sweet indeed!