Greetings

Welcome to my blog! You are visitor no. web counter. Feel free to look around. If you have any question, send me an email; otherwise, please leave a message on my board. thanks!


Playlist





Tagboard



Frequents


Archive


Credits


Habis Sensasi Terbitlah Gelap


belum lama ini ada kejadian sensasional di manado. seorang ayah menebas tewas balitanya dengan parang, kemudian membawanya ke altar gereja dekat rumah. kesadisan pembunuhan ini membuat kepala pening membaca berita-beritanya, tapi saya lebih prihatin pada retorika psycho-religious yang muncul sesudahnya.

sebelum dilakukan diagnosis psikologis pada si ayah, beberapa pendeta telah angkat bicara. ini yang namanya kuasa setan, kata satu pendeta, si pembunuh telah kerasukan ajaran setan. si pelaku telah dikuasai iblis, kata pendeta yang lain, iblis telah memakai si ayah untuk membunuh anaknya sendiri. (untuk lengkapnya, lihat tulisan di harian komentar.)

retorika seperti ini membawa kita kembali ke abad 17 saat sains masih belum berkembang dan berbagai fenomena biologis dijelaskan dalam wacana religi. orang-orang yang sakit atau mengalami gangguan mental dikatakan kerasukan roh jahat. untuk menyembuhkan mereka, pendeta-pendeta melakukan eksorsisme, yaitu mengusir setan yang merasuk tubuh penderita. berbagai gejala penyakit mental seperti psikosis, histeria, mania, gangguan disosiatif, halusinasi -- bahkan epilepsi! -- pada jaman dulu dikategorikan sebagai kerasukan dan hasil guna-guna.

untunglah muncul orang-orang skeptis yang mencari jalan keluar lewat sains. mereka ini adalah filsuf dan kemudian ilmuwan (ada masanya ketika scientists tak dibedakan dari "philosophers"). bukan apa-apa, wacana yang ditawarkan gereja waktu itu hanya memberi jalan buntu. bayangkan kalau peradaban manusia masih tertahan pada kondisi itu -- obat diare pun mungkin kita belum punya.

para skeptis mengatakan, wacana "witchcraft" (guna-guna) dan "demonic possession" (kerasukan) yang dikembangkan oleh gereja pada jaman itu sebenarnya justru menguntungkan para pendeta untuk menggelembungkan pengaruhnya. "witchcraft" adalah pupuk untuk membentuk apa yang oleh filsuf thomas hobbes disebut sebagai "priestcraft" (otoritas pendeta). demonologi (wacana tentang iblis) dan eksorsisme memastikan bahwa orang akan terus terpesona pada kekuasaan gerejawi, bukan pada otoritas sekuler.

dengan alasan yang sama, retorika ajaran setan dan kerasukan iblis yang dikemukakan pendeta-pendeta di manado ini tidak menawarkan jalan keluar ataupun langkah curative (penyembuhan). bahkan terkesan self-serving atau demi kepentingan diri sendiri. karena ujung-ujungnya adalah pesan untuk mendekatkan diri pada tuhan, yang dalam hal ini berarti harus lebih dekat dan setia pada gereja, serta patuh pada pendeta. mungkin ada baiknya kalau pada hukum 10 ditambahkan: jangan mencatut nama tuhan dengan sembarangan.

yang lebih mengkhawatirkan adalah implikasi dari wacana demonologi yang berkembang dalam menghadapi kasus seperti ini. dengan mengatakan bahwa si pembunuh telah dirasuki iblis atau dikuasai setan, saya khawatir penanganan psikologis yang sebenarnya dibutuhkan malah dinomor-duakan. untuk kedepannya, asumsi umum telah terbentuk bahwa orang yang bertingkah laku ganjil lebih baik dibawah ke gereja daripada ke dokter.

selain itu, bukan tidak mungkin akan bermunculan copycats (peniru) atau maikel-maikel lain sebagai efek sugesti dari wacara demonologi ini. kasus orang-orang yang diberitakan sebagai pengikut ajaran sesat beberapa waktu lalu muncul pada saat yang berdekatan dan semuanya diekspos media dengan nada sensasional. bukan tidak mungkin bahwa maikel sendiri merupakan korban dari wacana-wacana tentang setan, lucifer dan kuasa kegelapan yang bersumber dari bapak/ibu pendeta sendiri, sehingga gangguan mental bawaannya justru diekspresikan dalam wacana ini.

ada baiknya kalau media massa di manado mengambil sikap yang lebih kritis dalam meliput kasus seperti ini. salah satunya dengan memprioritaskan dokter dan psikolog sebagai sumber kutipan, bukannya pendeta. memang betul, berita yang sensasional -- yang menjual tentang iblis dan setan -- selalu lebih laku daripada yang mengupas tentang psikosis atau gangguan mental. tapi bukankah media bertugas sebagai agen pencerahan, bukan penyebar kegelapan?

satu hal lagi yang sebetulnya lucu menurut saya. orang manado selama ini dikenal sebagai orang-orang yang berbudaya maju, bahkan agak kebarat-baratan. konstituen sulawesi utara merupakan salah satu yang paling pertama menolak RUU anti pornografi, yang paling pertama memiliki undang-undang anti trafiking (perda, ketika pemerintah nasional belum punya), dan yang geram bukan main ketika muncul berita tentang seorang kepala desa di minahasa yang memberlakukan hukum cambuk. hukum cambuk itu tidak manusiawi, dari jaman kebodohan dan identik dengan syariah, kata banyak orang.

tapi orang-orang yang sama bisa menelan bulat-bulan wacana tentang kekuasaan iblis dan ajaran setan yang dibungkus dalam retorika iman kristiani. mereka menolak jaman kebodohan, tapi mau saja dituntun kembali ke jaman kegelapan.