sesudah berpisah dengan ben di platform subway, kami pulang utk siap2 ke nagasaki. just enough time to do laundry, ngepel lantai, dan istrahat. esok paginya kami sudah di kereta menuju haneda airport. tapi ada kecelakaan di jalur kereta, hingga kami terpaksa mengambil rute memutar lewat stasiun tokyo utk kemudian naik monorail. di mana2 terlihat orang berlarian. gangguan kereta telah mengacaukan jadwal perjalanan mereka ke kantor. kami pun ber-debar2, berharap tidak ketinggalan pesawat. we made it!
di atas monorail, sekitar beberapa meter dr tempat kami duduk, serombongan pemuda indonesia berdiri. mereka pun tujuan haneda. aku tau mereka dari indonesia krn ada yg berpeci, lengkap dengan bros garuda emas -- persis yg dipakai soeharto waktu masih jadi raja. aku tersenyum -- sudah lama tdk lihat orang berpeci birokrat begitu. apalagi karena asesori tsb sangat kontras dengan penampilannya dengan winter parka. pemuda2 ini rata2 bertubuh sedang dengan crew cut. are they military trainees? but why in japan?
sesudah hampir 2 jam di pesawat, kami tiba di nagasaki. kota berbukit dengan jembatan2 antik dan gedung berkarat, begitu kesanku. tremnya mengingatkan aku pada tulisan idrus, "kota-harmoni." tapi nagasaki punya pesona sendiri karena sejarahnya yg unik. sebelum reformasi meiji, selama berabad-abad jepang menutup diri dari hubungan dengan dunia luar. hanya pelabuhan2 nagasaki yg dibuka utk pedagang asing -- kebanyakan di antaranya dr cina, portugis dan belanda. pulau buatan dejima adalah trading post utk pedagang/pelaut belanda. lokalisasi rasial ini utk menahan pengaruh asing dan penyebaran agama kristen.
di dejima ada rumah utk kapten kapal, gudang2 beras, semacam barak utk crew kapal, dan gereja protestan. pelaut2 belanda biasanya tinggal di sana antara april sampai november. rekonstruksi "material culture" mereka dijadikan eksibisi, termasuk video clips ttg kehidupan mereka sehari-hari. menurut cerita, pembantu2 rumah tangga mereka kebanyakan didatangkan dari jawa. lucunya, pria2 jawa ini digambarkan sangat lancar berbahasa belanda.
tapi sebelum trading posts ini didirikan, lebih dulu telah ada pusat2 penyebaran agama katolik yg dibawa oleh misioner2 dr portugis. selama ini aku menganggap bhw kedatangan orang2 eropa ke asia adalah utk keperluan dagang, sebelum akhirnya membawa pengaruh agama kristen. tetapi jejak misi katolik di nagasaki yg jauh lebih tua dari peninggalan2 yg berkaitan dengan operasi dagang eropa, membuatku ragu2. franciscus xaverius datang ke nagasaki pd thn 1549, beberapa tahun sesudah dia ke ambon. rupanya kaum berjubah tidak kalah nekat dlm melakukan misinya dibanding para pedagang/pelaut.
penyebaran agama katolik berlangsung sangat cepat di nagasaki. mungkin terlalu cepat hingga membuat para daimyo (feudal lords) merasa terancam dan akhirnya mengusir para pendeta dan mengharamkan agama kristen mulai thn 1580-an. di tahun 1597, 26 orang katolik (pastor dan orang biasa, orang eropa dan orang jepang, franciscan dan jesuit, orang dewasa dan 3 anak tanggung) disalibkan di bukit nishizaka, nagasaki.
pembantaian pun terus terjadi sepanjang abad ke 17, di mana orang2 yg dicurigai katolik disuruh melakukan fumie -- menginjak gambar atau patung yesus. semua ini diceritakan di museum utk para martir, juga digambarkan dengan bagus dlm novelnya endo shusaku yg berjudul silence (1966), termasuk dilema seorang pastor yg terjepit antara menyelamatkan umatnya (dengan menyangkali yesus) atau membiarkan mereka menghadapi pembantaian. martin scorsese sedang mengerjakan novel ini ke dalam bentuk film.
duduk merenung di bukit nishizaka sambil memandang patung2 para martir tsb, mataku menjadi basah. apalagi melihat pahatan wajah ke 3 anak laki2 yg keliatannya tdk lebih dari 13 thn yg turut menjadi martir di bulan february 1597 itu. aku terharu pd kepercayaan yg begitu utuh, yg tanpa bertanya. tapi juga penasaran pd para pastor -- para gembala! -- yg menuntun domba2nya ke penjagalan. apakah menjadi martir merupakan pernyataan kekristenan yg termulia? bukankah inti dari kekristenan adl hidup seturut yg diajarkan yesus, dan bukan utk label "kristen" itu sendiri? bukankah yesus sendiri bukan orang kristen dan tdk pernah menyebut dirinya "kristen"?
selama ber-abad2 banyak terdapat "hidden christians" di nagasaki, sampai restorasi meiji membebaskan mereka dari religious closet. karena itu banyak jejak budaya katolik di sana, antara lain adalah urakami cathedral dan oura cathedral. sehingga utk jalan2 kali ini aku bisa disebut sebagai turis, peneliti, juga pilgrim. katedral urakami hanya beberapa ratus meter dari hypocenter bom atom, dan yg tinggal sekarang hanyalah rekonstruksinya, bukan gedung aslinya.
saat ke katedral oura, kami berpapasan dengan rombongan raja dan ratu swedia yg ternyata tinggal di hotel yg sama dengan kami. padahal hotel itu termasuk sepi penghuni -- mungkin justru krn itu jadi pilihan mereka. awalnya kami sempat heran karena banyaknya petugas2 keamanan berpenampilan parlente mondar-mandir di elevator. nobuto bahkan sempat menyalami sang raja dengan "good morning" saat berpapasan di elevator. sesudah bertemu lagi di tangga katedral oura, dan bertanya pada petugas keamanannya, baru kami tahu bhw pria setengah tua bersetelan mahal itu adalah raja swedia.
yg paling menyentuh dari perjalanan kami adalah monumen di hypocenter bom nagasaki dan museumnya. dalam cuaca musim semi yg cerah dan tiupan angin selatan yg hangat, di antara pohon2 sakura yg mekar penuh, kicauan burung, orang2 berpiknik, anak kecil berlarian, dan penjual es krim yg mengantuk, aku berdiri seperti lumpuh di hadapan kolom marmer hitam dengan karangan bunga segar di altarnya. tak mampu kubendung air mata membayangkan siang celaka itu -- 9 agustus 1945 jam 11:02. sesudah melewati ini semua, sesudah menjadi satu2nya negara yg pernah hangus oleh bom atom, sesudah bangkit dari reruntuhan, bagaimana mungkin pemerintah jepang sekarang bisa begitu cepat lupa dan hendak turut dalam perlombaan nuklir?
dengan mataku masih sembab, kami ke museum di samping taman itu. tdk sedetail museum serupa di hiroshima, yg mencatat jumlah korban 2 kali lipat dari nagasaki, tapi tetap saja sangat menggugah rasa kemanusian. terasa ada yg remuk di dada melihat foto seorang bocah menggendong adik laki2nya yg penuh luka bakar. ibu dan kakak perempuan mereka tewas seketika dalam ledakan nuklir itu, dan si bocah dengan susah payah menggendong adiknya ke rumah saudaranya utk meminta pertolongan. tapi yg didapatinya hanya kerangka rumah yg telah menjadi abu dan tubuh2 gosong di dalamnya.
di peace memorial park banyak monumen persembahan dari negara2 lain utk memperingati kekejian di nagasaki itu. anehnya, kebanyakan patung2 ini adalah pemberian dari negara2 blok timur di masa perang dingin -- cina, uni soviet (bahkan ada yg khusus dr CCCP), polandia, hungaria, dll. terasa bahwa pemberian ini sarat dengan pesan politik -- bhw amerika adalah penjahat kemanusian terbesar dlm sejarah modern (which is not entirely inaccurate). tidak heran bhw amerika tdk menyumbang apa pun, karena hal itu akan menjadi semacam pengakuan akan kekejiannya. pemerintah di mana2 sungguh sangat menjijikan!
waktu ke nagasaki kami tidak membawa laptop, juga tdk berusaha utk mencari koneksi internet. sesudah sekitar seminggu tidak membaca berita, rupanya banyak yg telah terjadi -- chrisye sudah meninggal dan hubungan iran-inggris memanas. minggu depan semester dimulai, aku masih belum selesai menyiapkan kelasku. 3 minggu ke depan kami akan luar biasa sibuk dengan kelas, packing, dan pindahan. taman bungaku yg selama ini terlantar mulai mirip hutan dengan beberapa kuntum sakura dan magnolia di sela2nya.